PERMASALAHAN BIMBINGAN KONSELING
BELUM OPTIMALNYA PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
Oleh; MASHRUHAN
Pendahuluan
Kita ketahui bahwa bimbingan dan konseling atau biasa di singkat BK sebenarnya sudah ada sejak dulu di dalam masyarakat. Dan bimbingan konseling telah ada pula di sekolah secara tidak formal, tetapi pelaksanaan secara formal masih merupakan kegiatan baru. Bimbingan konseling merupakan cabang ilmu pengetahuan yang tergolong masih muda di banding dengan ilmu pengetahuan yang lain. Sebenarnya bimbingan konseling berasal dari Negara Amerika. Sedangkan untuk di Indonesia bimbingan dan konseling mulai ada pada tahun 1961, yaitu ketika bimbingan dan konseling telah ditetapkan dan diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
Mengenai devinisi dari bimbingan dan konseling sendiri banyak para ahli yang merumuskan mengenai bimbingan dan konseling. Achmad Badawi (1973), bimbingan adalah proses bantuan yang di berikan oleh pembimbing terhadap individu yang menagalami problem, agar si terbimbing mempunyai kemampuan untuk memecahkan problembnya sendiri dan akhirnya dapat mencapai kebahagiaan hidupnya, baik kebahagiaan dalam kehidupan individu maupun sosial. Sedangkan untuk definisi dari konseling, Bimo Walgito (1980) bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memacahkan maslah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Permasalahan
Dewasa ini bahwa peran bimbingan dan konseling tidak terlepas dari sebuah permasalahan, baik yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam. Dalam hal ini permasalahan yang terdapat pada bimbingan dan konseling yang kami angkat adalah tentang belum optimalnya peran dari bimbingan dan konseling di sekolah. Peran konselor atau guru Bimbingan dan Konseling (BK) di satuan pendidikan, hingga kini belum dioptimalkan fungsinya. Terlebih selama ini guru BK lebih banyak diambilkan dari guru-guru yang mempunyai jam mengajar sedikit, atau minim jam mengajar. Ketua Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia (ABKIN), yaitu Prof Mungin Eddy Wibowo, mengatakan, bahwa kurang optimalnya peran konselor di sekolah dan masyarakat, sedikit banyak karena pemahaman kepala skeolah yang belum tepat mengenai konselor. “Selain diambilkan dari guru yang minim jam mengajar, sebagian lagi berpendapat, guru BK adalah guru buangan. Padahal, itu sama sekali salah. Konselor punya peran penting sebagai sahabat siswa saat mempunyai masalah,” katanya ketika dihubungi melalui telepon, kemarin.
Menurut Mungin, BK bukanlah mata pelajaran, sehingga para guru BK tidak diperkenankan memberikan pengajaran. Sekolah, kata dia, diharapkan memberikan waktu tatap muka antara guru BK dengan siswa, sedikitnya dua jam pembelajaran. Fungsinya, tandas dia lagi, untuk mendengarkan keluh kesah sis-wanya, dengan berbagai masalah yang dihadapi, baik dalam proses belajar mengajar ataupun lainnya. Jika waktu itu belum cukup, sekolah diharapkan memberikan kesempatan kepada guru BK dan murid diluar jam pelajaran.
Bimbingan Konseling, imbuhnya, sangat diperlukan bagi siswa yang mengalami masalah yang terbagi dalam empat tipe kesulitan, yaitu intelektual (kesulitan belajar), sosial (kesulitan bergaul), pribadi (rendah diri) dan karir (sulit mencari pekerjaan). Guru BK dituntut aktif dan responsif mendekati anak didik. “Jadi, jangan hanya bekerja jika diminta menangani anak nakal saja. Karena BK punya fungsi, pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan serta pemecahan masalah,” jelasnya.
Mungin mengaku, akan mendorong ABKIN untuk menerbitkan sertifikat bagi sarjana BK yang sudah menempuh Pendidik Profesi Konselor. Pasalnya, kata Mungin, selama ini yang mengantongi sertifikat masih minim. “Akibatnya, mereka tidak bisa buka praktek layaknya dokter atau psikolog. Tak heran, jika masyarkat pun tidak begitu mengenal fungsi dan keberadaan konselor,” kata Mungin.
Komentar dan Solusi
Permasalahan di atas merupakan permasalahan bimbingan dan konseling yang sudah sering terjadi di sekolah-sekolah. Yang menjadi dari akar permasalahan kurang optimalnya peran dan fungsi bimbingan dan konseling di sekolah adalah karena guru-guru yang untuk bimbingan dan konseling mereka bukan dari beckgruond pendidikan konseling, serta mereka hanya dari guru-guru mata pelajaran yang mempunyai waktu luang. Dengan begitu para guru-guru tersebut tidak bisa mengetahui seluk-beluk dari masing-masing pribadi siswa, karena kita ketahui bahwa guru bimbingan dan konseling seperti para psikolog ketika mereka bukan ahlinya maka peren dan kerja mereka akan kurang optimal.
Bimbingan dan konseling juga harus peka terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswa, karena dengan mengetahui permasalahan-permasalahan pada para siswa itu akan bisa mengoptimalkan fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah. Bimbingan dan konseling tidak hanya berperan untuk menanganai para siswa yang nakal saja, tetapi bimbingan dan konseling juga bisa menjadi tempat untuk mencegah, memelihara, mengembangkan serta untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul terhadap siswa. Selain itu bimbingan dan konseling juga harus bisa mendiagnosis permasalahan-permasalahan yang di alami oleh para siswa, akan tetapi ini belum secara optimal di terapkan sehingga fungsi dan peran dari bimbingan dan konseling di sekolah belum optimal juga.
Bimbingan dan konseling peran di sekolah sangat penting, karena bimbingan dan konseling hubungannya anatara proses pendidikan sangat mempengaruhi, terutama dalam hal prestasi maupun yang lainnya. Sehingga dengan begitu mengoptimalkan peran dan fungsi bimbingan dan konseling yang ada di sekolah sangat di harapkan. Berdasarkan hubungan bimbingan dengan pendidikan terdapat lima pola hubungan fungsional antara bimbingan dan pendidikan: (1) bimbingan identik dengan pendidikan, (2) bimbingan sebagai pelengkap pendidikan, (3) pola kurikuler bimbingan dan konseling, (4) pola layanan, urusan, dan kesiswaan, dan (5) bimbingan sebagai subsistem pendidikan.
Dari permasalahan bimbingan dan konseling tentang kurang optimalnya peren dan fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah, maka dapat di usahakan untuk mengatasi hal tersebut dengan bebarapa solusi yang bisa di terapkan. Adapaun solusi-solusi tersebut adalah:
1. Mengambil guru bimbingan dan konseling di sekolah yaitu dengan mengambil guru yang memang berasal dari background pendidikan bimbingan dan konseling.
2. Bimbingan dan konseling tidak hanya menangani para siswa yang nakal saja, akan tetapi juga menjadi pencegah dan memberi solusi pemecahan masalah.
3. Bimbingan dan konseling juga harus mampu untuk mendiagnosis permasalah yang di alami oleh siswa, karena hal tersebut akan mempermudah bimbingan dan konseling untuk dapat mengatasi dan memecahkan permasalahan.
4. Bimbingan dan koseling juga harus saling berkoordinasi dengan beberapa elemen yang berda di sekolah, dari mulai kepala sekolah, wali kelas, guru-guru mata pelajaran serta orang tua murid.
5. Bimbingan dan konseling harus mempunyai pendekatan terhadap para siswa disekolah yaitu: pendekatan secara tradisional, pendekatan development, dan pendekatan neotradisional. Bimbingan dan konseling juga harus mempunyai taknik-taknik, yaitu taknik secara kelompok maupun taknik secara individual. Pengunaan taknik-taknik tersebut akan membantu dalam proses bimbingan dan konseling.